Kamis, 25 Maret 2010

PANDANGAN TENTANG ALKITAB

Saksi-Saksi Yehuwa (SY) menganggap bahwa Alkitab dari umat Kristen (terjemahan Indonesia diterbitkan Lembaga Alkitab Indonesia / LAI) salah terjemahannya, lebih-lebih terjemahan Katolik Roma 'Douay' yang diterjemahkan dari Vulgata sangat ditentang (dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Lembaga Biblika Indonesia / LBI), karena itu SY merasa bertanggung jawab untuk menerjemahkannya menurut versi mereka sendiri.

SY mendasari Kitab Sucinya dari terjemahan Empathic Diaglott yang ditulis oleh Benyamin Wilson (1864) seorang tokoh Christadelphian. Diaglott artinya dua bahasa, cara kerjanya adalah dengan menulis terjemahan di bawah setiap kata bahasa asli Alkitab. Versi SY kemudian disebut sebagai 'The New World Translation' (NW). Terjemahan Perjanjian Baru diselesaikan pada tahun 1950 dan Perjanjian Lama pada tahun 1960, dan setelah direvisi, maka pada tahun 1961 diterbitkan secara lengkap. Edisi ini direvisi ulang pada tahun 1970 dan 1971 dan kemudian pada tahun 1984. Pada kata pengantar bahasa Inggeris edisi 1961 disebutkan:

"Secara jujur kami terdorong untuk menyebut bahwa, selagi masing-masing terjemahan lain itu mempunyai manfaatnya, mereka telah jatuh menjadi mangsa kuasa tradisi dalam berbagai tingkatan, konsekwesninya, tradisi agama, menjadi tua karena waktu, telah diterima sepenuhnya tanpa tersaingi dan tidak terselidiki. Hal-hal ini telah terjalin ke dalam terjemahan yang mewarnai pemikirannya. Untuk menunjang ajaran agama, hal-hal yang tidak konsisten dan tidak masuk akal telah dimasukkan dalam ajaran buku-buku yang diwahyukan. Anak Allah mengajar bahwa tradisi buatan manusia telah membuat hukum dan ajaran Allah tidak mempunyai kuasa dan pengaruh. Usaha dari panitia New World Bible Translation dimaksudkan untuk menghindarkan jerat tradisi agama." (terjemahan dari kata Pengantar 'The New Bible Translation of the Greek Scripture, 1961).

Edisi bahasa Indonesia kitab Perjanjian Baru disebut 'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru' (DB-PB) terbit pada tahun 1994 dan edisi lengkap termasuk Perjanjian Lama diterbitkan pada tahun 1999 dengan nama 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' (DB). SY mengemukakan bahwa terjemahan mereka bertitik tolak pada upaya meninjau kembali ayat demi ayat dan kata-kata di dalam ayat itu yang berpeluang dijadikan tafsiran sepihak oleh pendukung doktrin pengutip dari sumber yang asal-usulnya diragukan, dan ayat-ayat dan kata-kata itu diluruskan sesuai sumber a.l. dewan alkitabiah internasional, penemuan dari cambridge university dan dari kalangan anthropologi international yang mapan dan diakui.

Promosi di atas kelihatannya meyakinkan namun bila diselidiki ternyata sumber-sumber itu umumnya adalah dari kalangan SY sendiri atau dari sumber sepaham, sebab mereka mengatakan bahwa para ahli Alkitab dibalik terbitan Katolik (Lembaga Biblika Sedunia) dan Protestan (Lembaga Alkitab Sedunia) dianggap salah terjemahannya. Mengenai bagaimana SY biasa menafsirkan sejara textual dan harfiah untuk menerjemahkan dan menafsirkan Kitab Suci dan mendukung ajaran mereka dapat dilihat pada dua contoh berikut:

NAMA YEHUWA
Sekalipun mereka semula menyebut diri mereka sebagai 'Siswa-siswa Alkitab' dan penggunaan nama 'Saksi-Saksi Yehuwa' baru diresmikan pada tahun 1931, nama Yehuwa kemudian dianggap sebagai nama Tuhan satu-satunya dan digunakan dalam terjemahan DB dalam Perjanjian Lama (LAI menerjemahkan sebagai TUHAN), kemudian menerjemahkan 237 kata-kata 'Kurios' (Yunani) dalam Perjanjian Baru dengan nama Yehuwa pula (Apendiks 1, DB, hlm.2024-2025). Nama Yehuwa adalah nama Tuhan satu-satunya dari Tuhan yang esa karena itu tidak boleh diterjemahkan.

Sebenarnya pendapat SY yang mengatakan bahwa nama Yehuwa adalah nama pribadi Allah satu-satunya dan pertama kali muncul di Kejadian 2:4 tidak sesuai fakta sejarah, sebab hal itu didasarkan versi kanon Ibrani Massoret pada abad-1 yang sekarang umum dipakai yang sudah mengalami evolusi redaksional, padahal menurut penelitian sejarah, nama Allah semula adalah 'El' (yang menjadi Allah dalam bahasa Arab). Nama Yehuwa (tepatnya YHWH = tetragramaton) baru diperkenalkan kepada Musa di padang gurun (Keluaran 6:1-2), dan sekalipun nama YHWH sudah diperkenalkanpun dalam kitab para Nabi seperti Yesaya dan pada masa Pembuangan ke Babel, nama 'El' masih sering dipakai sebagai sinonim bahkan pengganti YHWH. Bandingkanlah ungkapan 'Yahweh Elohe Yisrael' (Keluaran 32:27;Yosua 8:30) dengan 'El Elohe Yisrael' (Kejadian 33:20;46:3) yang artinya 'Allahnya Israel adalah Yahweh/El.

Fanatisme nama YHWH bisa dilihat dalam klaim SY yang menganggap bahwa nama Yehuwa dalam Septuaginta (LXX, terjemahan PL Ibrani ke bahasa Yunani) juga tetap digunakan dan tidak ikut diterjemahkan. Sebagai argumentasi disebutkan bahwa telah ditemukan 18 fragmen naskah Septuaginta dari kitab Ulangan dimana nama YHWH masih tertulis (12 diantaranya dimuat gambarnya dalam 'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru, Apendiks 1, 1994, h.410-411). Juga dianggap bahwa dalam PB pun nama Yahweh tetap dipakai, itulah sebabnya dalam 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' disebutkan 237 nama Yehuwa pula dalam Perjanjian Baru.

Teori yang menyebutkan bahwa Septuaginta (bahasa Yunani) itu mengandung nama YHWH (bahasa Ibrani) berdasarkan 18 fragmen kitab Ulangan Septuaginta itu lemah sekali, soalnya fragmen itu sendiri mengungkapkan adanya rekayasa. Bila kita melihat dengan mata awam pun, gambar-gambar naskah itu jelas menunjukkan bahwa huruf-huruf YHWH diselipkan diatas bekas nama lama yang dihapus. Indikasinya: (1) Ada bekas huruf-huruf yang dihapus; (2) Jarak hapusan itu panjangnya sama dengan kata KURIOS (terjemahan YHWH dalam bahasa Yunani); (3) Kata YHWH yang ada disitu memiliki jarak spasi dengan huruf-huruf sebelum dan sesudahnya, padahal tulisan Yunani kuno tidak ada jarak antar katanya; (4) kepekatan tinta kata YHWH lebih tajam dari kata-kata kalimat menunjukkan penambahan lebih baru; (5) Huruf-huruf YHWH yang diselipkan itu memiliki font (bentuk dan ukuran) yang berbeda dan lebih kecil dari huruf-huruf Yunani dalam kalimat; (6) Perlu disadari bahwa kata Yunani ditulis dari kiri ke kanan sedangkan Ibrani dari kanan ke kiri; (7) dan kata YHWH yang diselipkan menyiratkan sudah ada tanda bacanya, sesuatu yang baru ada jauh sesudah masa penulisan Septuaginta. Kesimpulannya, nama 'Kurios' dalam naskah Ulangan itu diganti dengan tulisan YHWH oleh pengikut aliran Yahwisme (yang sangat meninggikan nama YHWH seperti SY).

Lalu adakah kata YHWH dalam PB? Kecuali terselip dalam kata 'Haleluya' (Yah dari YHWH, Wahyu 19:1,4), jelas tidak ada, karena PB ditulis sepenuhnya dalam bahasa Yunani dengan perkecualian beberapa kata Aram dan pada waktu penulisan PB, bahasa Ibrani adalah bahasa mati yang tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ribuan naskah awal salinan PB ditemukan dan tidak ada yang dalam bahasa Ibrani. Memang dalam penjelasan gambar fragmen-fragmen di atas disebutkan pula bahwa Jerome (h.412) menulis bahwa Matius pernah menulis Injil dalam bahasa Ibrani, namun kita harus sadar bahwa dalam tulisan Jerome (misalnya juga 'Perang Yahudi' yang terkenal itu) yang dimaksudkan dengan 'bahasa Ibrani' adalah 'bahasa Aram' yang disebutnya 'lidahnya orang Ibrani', demikian juga terjemahan 'bahasa Ibrani' (biasa ditulis hebraisti atau hebraik dialekto) dalam Perjanjian Baru menunjuk pada 'bahasa Aram' yang kala itu dipakai oleh orang Yahudi Palestina.

"Bahasa ibu orang Yahudi Palestina di waktu itu adalah Aram. Sekalipun para Rabi dan Ahli-Kitab masih menggunakan bahasa Ibrani klasik Perjanjian Lama, untuk mayoritas umat, ini adalah bahasa mati. ... Barangkali karena rasa bangga yang keliru, dan kemungkinan besar karena tidak dapat membedakan ketepatan ilmiah, bahasa Aram secara populer disebut sebagai bahasa "Ibrani". ... Bahasa percakapan umum semitik orang Yahudi palestina pada waktu Yesus adalah Aram." (Bruce M. Metzger, The Language of the New Testament, dalam The Interpreters Bible, Vol.7, hlm.43).

Dari uraian Nama Yehuwa ini dapatlah kita melihat salah satu contoh bahwa apa yang terjadi dengan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru bukanlah penderjemahan bahasa yang dimengerti secara benar (exegese), namun lebih banyak dilakukan dengan memasukkan suatu doktrin yang dipercayai ke dalam terjemahan itu (eisegese). Karena itu, adalah suatu hal yang berlebihan kalau terjemahan suatu kelompok sempalan mengganggap salah (dan mereka sendiri yang benar) terjemahan yang dihasilkan begitu banyak tim ahli dibalik penerjemahan yang dihasilkan Lembaga Alkitab Sedunia dan Lembaga Biblika Sedunia.

ALLAH ATAU SUATU ALLAH?
Salah satu penafsiran Saksi Yehuwa (SY) yang perlu diuji adalah soal penafsiran ayat Yohanes 1:1, dimana hasil terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia Terjemahan Baru (LAI-TB) berbeda dengan terjemahan SY 'Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru' (DB), yaitu di situ disebutkan:

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." (LAI-TB)

"Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah suatu allah." (DB)

Apakah memang terjemahan SY (DB) yang benar dan terjemahan Kristen (LAI) salah? Kita perlu menyadari bahwa terjemahan Kristen dalam bahasa apapun bunyinya begitu. Ataukah hal ini sekali lagi menunjukkan bagaimana SY memanipulasi terjemahan dan memasukkan ajaran SY yaitu 'anti-Tritunggal' ke dalam proses penerjemahan itu? Marilah kita simak!

Dari sumber-sumber Saksi Yehuwa sendiri, dalam uraiannya pada ayat Yohanes 1:1 dikemukakan argumentasi seperti dalam sumber buku dogmatika SY berikut:

"Ayat yang terakhir untuk dipertimbangkan dan dipergunakan membenarkan tritunggal ialah Yohanes 1:1: "Maka pada awal pertama adalah Kalam, dan Kalam itu bersama-sama dengan Allah, dan Kalam itulah Allah." Untuk menyingkirkan sesuatu yang rupa-rupanya menjadi pertentangan di sini marilah kita kutip salinan bahasa Gerika kata-demi-kata seperti diperlihatkannya diantara garis-garis bacaan dalam The Emphatic Diaglott. Bunyinya begini: "Sejak semula adalah Kalam itu, dan Kalam itu berada dengan Allah itu, dan suatu allahlah Kalam itu." Dalam hal ini "Allah" ditulis dengan kata "itu" dibelakangnya, sedangkan dalam kalimat pendek berikutnya, yaitu suatu allahlah Kalam itu," pembaca melihat bahwa "allah" ditulis dengan kata penunjuk yang tak tertentu "suatu" dihadapannya. Hal itu membuktikan, bahwa pembicaraan itu mengenai dua oknum yang bersama-sama, dan bukan dua oknum menjadi satu serta Allah yang sama." (Karena Allah Itu Benar Adanya, 1960, hlm.110-111. Disesuaikan dengan ejaan baru).

Hal yang lebih jelas juga disebutkan sebagai Apendiks dalam 'Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru' (DP-PB, 1994) sebagai berikut:

"Allah yang pada mulanya bersama-sama dengan Firman atau Logos, di sini dinyatakan dengan kata Yunani 'ho theos', yakni, theos namun didahului oleh kata sandang tertentu ho. Ini merupakan theos yang tertentu. ... Dalam teks Yunani terdapat banyak predikat berupa kata sandang tunggal tanpa kata sandang yang mendahului kata kerja. Sebagai contoh, lihat Markus 6:49;11:32;Yohanes 4:19;6:70; 8:44,48;9:17;10:1,13,33;12:6;18:37. Di tempat-tempat ini para penerjemah memasukkan kata sandang tidak tertentu "suatu atau seorang" [bahasa Inggeris "a"] sebelum kata benda yang merupakan predikat agar membuat jelas ciri atau sifat dari subyek yang bersangkutan. Karena dalam ayat-ayat demikian kata sandang tidak tertentu dimasukkan sebelum kata benda yang merupakan predikat, dengan alasan yang sama yang dapat dibenarkan, kata sandang tidak tertentu "suatu" dimasukkan sebelum theos tanpa kata sandang di dalam predikat dari Yohanes 1:1 sehingga tertulis "suatu allah". Kitab Suci mendukung kebenaran dari penerjemahan demikian." (DB-PB, 1994, hlm.414-415. Di sini juga dikutip beberapa kutipan terjemahan yang sama yang umumnya dari lingkungan SY sendiri).

Orang awam dengan membaca uraian demikian kelihatannya mudah terpengaruh pernyataan di atas yaitu bahwa bila didahului kata sandang tertentu (definitif, dhi 'ho' dalam bahasa Yunani) maka kata itu diterjemahkan tanpa kata 'sesuatu atau seseorang' dan menunjukkan identitas atau kepribadian, namun bila tidak didahului kata sandang 'ho' (seperti 12 ayat yang dicontohkan dalam kutipan kedua) maka harus diterjemahkan dengan tambahan 'sesuatu atau seseorang' sehingga dengan contoh yang sama maka 'theos' tanpa kata sandang 'ho' dalam Yohanes 1:1 harus diterjemahkan sebagai 'suatu allah.' Benarkah argumentasi demikian?

Sebenarnya argumentasi ini menunjukkan kembali suatu rekayasa untuk menurunkan derajat Yesus agar bukan sebagai Allah namun hanya sekedar 'suatu allah'. Bila kita membaca bahasa Yunani sebagai teks asli ayat-ayat tersebut, kata sandang tertentu (definitif) yang digunakan dalam ayat itu bukanlah 'ho' (nominatif) namun 'ton' (akusatif), atau lengkapnya Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya Yunani dieja: "en arche en ho logos en pros ton theon kai theos en ho logos." Theos kedua memang tidak diberi kata sandang 'ton' (akusatif) seperti theos yang pertama, namun apakah itu berarti bahwa semua kata benda yang tidak diberi kata sandang tertentu (definite article) harus diterjemahkan dengan tambahan 'suatu atau seorang'?

Kalau argumentasi ini kita ikuti maka dalam 18 ayat pertama dari teks Yohanes 1 saja kita dapat menemukan adanya 6 kata 'theos' yang juga tidak didahului kata sandang definitif 'ton' (akusatif) yaitu ayat-ayat Yohanes 1:1,6,12,13, dan dua kali dalam ayat 18. Ayat 1 menunjuk pada Yesus dan 5 ayat lainnya menunjuk pada 'theos' Yehuwa. Maka bila argumentasi SY kita ikuti maka terjemahan ke-6 ayat itu bisa berbunyi:

"Pada mulanya Firman itu ada, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah SUATU Allah." (ayat 1, DB, 1999).

"Datanglah seorang yang diutus SUATU Allah, namanya Yohanes." (ayat 6).

"Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak SUATU Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya." (ayat 12).

"orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari SUATU Allah." (ayat 13).

"Tidak seorangpun yang pernah melihat SUATU Allah; tetapi Anak Tunggal SUATU Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya." (ayat 18).

Beginilah jadinya terjemahannya (dengan menambahkan kata SUATU) bila kita mengikuti argumentasi SY. Allah hanya SUATU dan Yehuwa hanya SUATU Allah dan bukannya pribadi dan identitas yang jelas! Pandangan SY sendiri dengan demikian tidak sesuai dengan konsep kemahatunggalan Allah yang dipercayainya, sebab bila dalam seluruh Alkitab disebutkan bahwa 'Hanya ada satu Tuhan' (Yesaya 43:11;Yohanes 17:3;1-Korintus 8:4-6) dan tidak ada Tuhan lain, maka dengan menganggap Yesus adalah 'SUATU Allah,' berarti SY mempercayai politheisme (banyak allah), ini bahkan bertentangan dengan hukum utama "Jangan ada allah lain" (Keluaran 20:3) yang sangat dibela SY.

Pembahasan ini kembali menunjukkan bagaimana Saksi Yehuwa memanipulasi penerjemahan Alkitab dengan argumentasi yang direkayasa dan tidak konsisten, agar terjadilah HASIL terjemahan yang mendukung keyakinan mereka bahwa tidak ada pengajaran 'Tritunggal,' bahkan dirasa perlu penafsiran Yohanes 1:1 dicetak sebagai Apendiks dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen Terjemahan Dunia Baru.

Kita dapat melihat bahwa sekalipun buku-buku SY penuh dengan data-data acuan dan Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru edisi 1999 penuh dengan ayat-ayat referensi (di kolom tengah), kenyataannya umumnya penafsiran mereka didasarkan pada ayat-ayat tertentu yang dimengerti secara tekstual dan harfiah (yang terjemahannya meragukan) yang bila dimengerti secara kontekstual bisa berarti lain. Karena itu, mereka yang benar-benar mencari kebenaran perlu mendalami Alkitab dengan benar secara hermeneutis dan kontekstual.

Salam kasih dari Herlianto/YBA. (Sumber: http://www.yabina.org/artikel/A1_23.HTM)

5 komentar:

  1. so, ssy tu tak masuk sorga lah???
    tapi menurut aku, yesus ini bukannya Allah.
    Trinitas; cuma suatu doktrin yg di gubal
    semata-mata alasan politik kekaisaran romawi saja.
    yesus ini tidak lebih dari seorang bomoh yg mempergunakan nama YHWH dalam praktiknya

    BalasHapus
  2. suatu allah??? membaca dan memikirkan itu saya bisa gila sech, tapi untungnya saya tidak gila, cuman ketawa2 sikit aja di depan komputer hehehheehe... sasar SSY, tapi memang Firman Tuhan harus digenapi, bahwa pada akhir zaman akan muncul penyesat2.

    BalasHapus
  3. Para sahabat:Silahkan berargumen masing2 yang itu salah yang ini benar yang itu sesat yang ini jalan yang lurus...dsb.
    bagi saya masing2 mempunyai jalan dan iman yang diyakini untuk menata kehidupan manusia supaya beradab untuk menyatakan kebenaran adalah dengan memberikan contoh hidup kita ; keluarga kita;komunitas kita, untuk berlaku sesuai dengan perintah dan ajaran yang kita yakini benar.
    bila tingkah laku dalam mengikuti ajaran yg kita yakini ternyata membuat orang lain Rugi,sengsara,atau terganggu...bisa jadi ajaran yang kita yakini adalah salah dan perlu ditinjau kembali(Contoh:ngeBom tempat Ibadat orang lain;ngebom orang2 yg sedang tamasya;mengobrak abrik dagangan orang lain ; mengobrak abrik tempat2 hiburan orang lain dsb)
    Kalau masalah Alkitab terutama perjanjian lama dari kitab kejadian sampai Ulangan itu adalah Kiasan Prosa yang ditulis jaman Musa(Oleh Musa) bukan sejarah dan jangan di artikan secara harafiah...Kalau kisah penciptaan sampai jaman Musa ditulis secara urutan sejarah mungkin butuh kertas beraba milyar ream..ha..ha

    BalasHapus
  4. alih bahasa (terjemah) memang perlu dikoreksi terus menerus. produk terjemah masa lalu dikoreksi oleh generasi masa kini, bahkan koreksi generasi sejaman. terjemah masa kini juga akan dikoreksi oleh generasi berikutnya.
    ini terjadi pada kitab injil maupun al-quran

    BalasHapus
  5. Jawab pertanyaan yang sederhan ini,tetapi jujur jangan baca lebih dahulu jawaban saya berkenaan pertanyaan yang saya sampaikan disni.

    Pertanyaannya sederhana saja:

    SELAMA TIGA HARI S E B E L U M YESUS DIBANGKITkAN IA ADA DIMANA.

    Mudah-mudahan berhasil,supaya diketahui apakah Yesus = Allah.

    BalasHapus